Filosofi Kentang

Belajar Kehidupan Dari Sekelompok Kentang

Filosofi Kentang

Kitabahagia.com- Tidak terasa ya Kiba sudah lama absen, padahal ada banyak hal yang ingin dibagi agar kita selalu berbahagia dan semangat dalam menjalani kehidupan ini. Tidak terasa persoalan covid 19 ini sudah berlangsung satu setengah tahun. Waktu terasa begitu cepat dan banyak hal yang dialami. Bahkan, belakangan ini tidak ada ide satu pun yang muncul untuk menulis sebuah kisah menarik. Meskipun demikian, kemarin Kiba mendengar kisah mengenai filosofi KENTANG. Yups, kita bisa belajar kehidupan dari sekelompok kentang.

 

Ini bukan kisah filosofi kentang, telur dan kopi yang sudah banyak diketahui oleh orang lain. Kita belajar dari sisi kentang yang berbeda! Jujur, Kiba mencoba browsing, tetapi sampai detik ini tidak menemukan cerita ini di google. Kebanyakan kisah mengenai kentang, telur dan kopi. Bahkan ada cerita tentang kentang. Penasaran sih ingin mengklik cerita tetang kentang tetapi masih harus fokus menulis kisah kentang yang berbeda.

 

Ini cerita di dapat, ketika Kiba menghadari kebaktian. Kisahnya ada seorang petani yang memiliki satu hektar tanah yang ditanami kentang. Hingga lah saat panen. Ada banyak sekali kentang yang harus di panen. Sang petani tidak memiliki banyak pekerja di kebunnya. Sehingga ia tidak bisa menggunakan jasa orang lain untuk memilah kentang besar, sedang dan kecil. Pasalnya, kentang itu harus segera cepat dibawa ke kota untuk dijual.

 

Kentang yang sudah di panen itu dimasukan ke dalam keranjang dan kereta. Dalam perjalanan menuju kota dari tempat tinggalnya. Dimana ada banyak sekali jalan berkelok dan berlubang. Sehingga terjadi guncangan.

 

Perjalanan petani ini untuk menuju kota membutuhkan waktu sekitar tiga jam. Selama perjalanan itu pula tanpa disadari petani, kentang yang ada di dalam keranjang itu pun ikut bergoncang. Uniknya, tanpa disadari goncangan alami itu tanpa disengaja malah menyotir kentang tersebut. Dimana kentang yang ukuran kecil, jatuh ke bawah. Sedangkan kentang yang ukuran besar berada di atas.

 

Bisa dibayangkan, semakin banyak goncangan semakin banyak kentang yang tersotir alami. Begitu juga dengan kehidupan kita. Kiba bisa membayangkan ada beberapa teman kita, ketika mereka menghadapi masalah kehidupan bisa jadi mereka akan terpuruk ke bawah, seperti kentang kecil. Bahkan, bisa jadi dia seperti kentang berukuran besar. Semakin terguncang maka dia akan semakin berada di atas (sukses). Hidup ini penuh dengan jalan berliku, kita tidak pernah mengetahui goncangan atau cobaan apa yang kita alami dalam kehidupan ini.

 

Namun, Kiba bisa pastikan, bawasanya kita bisa belajar dari sekelompok kentang. Dimana semakin banyak goncangan, kentang besar akan berada di atas. Dia tidak lemah dan jatuh ke bawah; melainkan dia berhasil melewati beragam cobaan dalam kehidupan. Mari kita menjadi kentang besar, dimana semakin banyak persoalan menjadikan kita kuat dan tidak terpuruk, seperti si kentang kecil.

 

Jujur, awal mendengar kisah ini terkesan klise. Tentu saja, pencobaan dan kehidupan, setiap manusia pasti jatuh dan bangun dalam menghadapi kehidupan. Namun, jangan sampai jatuh terlalu dalam. Sehingga tidak memiliki SEMANGAT untuk bangkit kembali. Setidaknya goncangan itu bisa menjadikan kita kuat dalam menghadapi problem dalam kehidupan, menurut kamu kisah filosofi kentang ini cocok tidak apabila kita bandingkan dengan kehidupan kita di masa pandemik covid ini? Bisakah teman tetap bertahan dalam persoalan perekonomian, kehidupan dan iman untuk tetap berada diatas dan tidak terpuruk ke bawah?

 

 



Salam dan Tetap Bahagia




Temukan Informasi menarik di blog yang dikelola Citra Pandiangan
Kerjasama, Kritik/Saran silahkan kirim ke email di  2travellife@gmail.com

No comments

Hi Terimakasih Sudah bersedia mampir di Kitabahagia.com Tinggalkanlah jejak manis agar kiba bisa berkunjung balik. Asalkan jangan memberikan link hidup dan spam ya... Salam Bahagia

Cheaper hosting